Rabu, 27 Mei 2009

Facebook Haram !

Beberapa saat yang lalu, salah seorang teman menyarankan saya untuk menulis atau menanggapi pernyataan Forum Komunikasi Pondok Pesantren Putri (FMP3) dari Pondok Pesantren se Jawa-Madura yang mengharamkan Facebook. Pernyataan tersebut, seperti biasa, tentu akan menimbulkan polemik di masyarakat.

Buat saya pribadi, hal itu tentu sangat memprihatinkan, di saat bangsa lain sudah sedemikian majunya, di negeri ini masih banyak orang yang merasa dirinya paling paham mengenai agama, begitu mudahnya mencap haram sesuatu tanpa dalil yang kuat dan bisa dipertanggung jawabkan, yang pada akhirnya hanya menimbulkan keresahan di masyarakat.

Sebagaimana yang pernah saya ungkapkan, Facebook adalah salah satu situs jaringan sosial yang menurut data yang dilansir oleh Comscore, hingga saat ini, pengguna aktifnya sudah mencapai lebih dari 130 juta orang, konon penduduk Indonesia termasuk yang paling banyak dan paling aktif. Hmm...

Banyak hal positif yang bisa diambil dari situs jaringan sosial ini. Sama halnya dengan situs jaringan sosial lainnya yang sudah lebih dulu populer, seperti Friendster dan MySpace misalnya, situs ini dapat menjadi ajang pertemuan di dunia maya, baik antara teman, bertemu teman lama, maupun berkenalan dengan teman baru. Bahkan kini Facebook tidak semata menjadi ajang pertemanan, namun telah berkembang menjadi menjadi media untuk promosi dan kampanye politik yang cukup efektif. Salah satu kesuksesan Obama dalam meraih banyak dukungan dan dana juga tidak lepas dari peran Facebook ini.

Meski demikian, sama halnya dengan media yang lainnya, Facebook juga dapat menimbulkan hal-hal yang negatif, seperti efek adiktifnya yang mengakibatkan kita lupa pada waktu kerja, beribadah, makan, dan istirahat, dan tentunya juga adalah ancaman dari virus.

Dari uraian di atas, bisa kita simpulkan bahwa Facebook adalah situs yang fungsinya sama dengan media atau alat komunikasi lainnya, seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, handphone, dan sebagainya. Dia bisa menjadi media yang bermanfaat pada saat digunakan untuk hal-hal yang positif, sebaliknya dia juga bisa menjadi media yang membawa bencana apabila digunakan untuk tujuan yang buruk.

Ilustrasi lainnya, Facebook bisa kita ibaratkan dengan pisau. Pisau akan berfungsi sebagai pemotong daging atau bawang ketika berada di tangan seorang yang berniat memasak, sebaliknya pisau akan berfungsi sebagai pembunuh apabila berada di tangan orang yang berniat membunuh. Kesimpulannya Facebook hanya alat untuk melakukan sesuatu, baik atau buruk, yang menentukan bukan alat itu (benda mati) akan tetapi pemakainya (operator).

Dengan demikian apabila Facebook hukumnya haram, maka kita juga wajib mengharamkan media lainnya seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, handphone, yang fungsinya kurang-lebih sama dengan Facebook, bahkan menggunakan pisau pun hukumnya haram.

Meski demikian, kita juga tidak perlu menyalahkan saudara-saudara kita di FMP3 itu, konon kabarnya mereka sebenarnya mengharamkan facebook jika digunakan secara berlebihan (Nah lho?!), namun jika tidak digunakan secara berlebihan, boleh-boleh saja.

Demikianlah, semoga bermanfaat untuk mengakhiri polemik yang berkepanjangan mengenai Facebook, akan lebih bermanfaat kiranya apabila waktu, pikiran, dan tenaga kita gunakan untuk hal-hal lainnya yang lebih urgen daripada berpolemik lagi mengenai haram-tidaknya Facebook.

Selasa, 12 Mei 2009

Obsesi

Banyak orang punya obsesi. Selain terobsesi menjadi artis atau selebriti, ada juga yang terobsesi ingin menjadi presiden, menteri, gubernur, walikota, bupati, dirjen, kepala kantor, dan masih banyak lagi. Bahkan tidak sedikit pula orang yang mempunyai obsesi yang tidak lazim, seperti misalnya obsesi ingin punya banyak istri, ada juga pengusaha yang terobsesi memperistri artis atau anak di bawah umur, terobsesi mengoleksi mobil-mobil mewah sementara di lingkungan sekitarnya masih banyak orang yang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya pun masih susah, dan sebagainya.

Tidak jarang untuk menggapai obsesinya itu, setiap orang akan rela melakukan dan mengorbankan apa saja yang dimilikinya, tidak saja waktu, tenaga dan harta, tapi juga mengorbankan martabat atau harga dirinya. Entah sudah berapa banyak anak gadis yang rela menyerahkan tubuhnya kepada lelaki hidung belang hanya untuk sebuah obsesi menjadi artis atau sekedar figuran dalam film atau sinetron. Berapa banyak caleg yang mengeluarkan uang miliaran rupiah demi sebuah obsesi menjadi anggota DPR yang terhormat, bahkan ada seorang calon bupati yang akhirnya stres dan gila karena gagal menjadi bupati, sementara semua hartanya telah habis digunakan untuk tujuan itu, dan masih banyak lagi cerita-cerita memilukan karena obsesi.

Fenomena obsesi ini juga dimanfaatkan dengan baik oleh sutradara film iklan sebuah produk rokok, dengan mengambil tema berbagai macam obsesi orang yang dikemas dalam komedi situasi. Dalam sebuah adegan, seorang mahasiswa yang terobsesi menjadi selebriti, secara tiba-tiba merebut buku catatan teman kuliahnya dan langsung membubuhkan tanda tangannya di buku temannya itu, layaknya seorang artis yang membubuhkan tanda tangan di buku penggemarnya. Ada juga seorang pria muda yang terobsesi menjadi sutradara, mendatangi dua orang yang sedang bertengkar dan langsung menyuruh mereka berhenti bertengkar, lalu mengoreksi dan mengajari mereka akting layaknya seorang sutradara.

Sebenarnya terobsesi akan sesuatu adalah hal yang wajar dan bisa dimaklumi, sepanjang dia realistis dan menyadari kapasitas dan potensinya. Istilah Obsesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Sedangkan dalam Kamus Inggris-Indonesia yang disusun oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, kata obsession diartikan sebagai godaan, gangguan pikiran atau kesurupan. Jadi bisa disimpulkan bahwa orang yang terobsesi adalah sama dengan orang yang sedang mengalami gangguan jiwa atau kesurupan. Oleh karenanya obsesi tidak dapat disamakan dengan cita-cita atau harapan, namun cita-cita atau harapan yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kemampuan dan tidak realistis dapat dikategorikan sebagai obsesi semata.

Selasa, 05 Mei 2009

Trend Flu Babi


Ternyata bukan hanya mode pakaian atau teknologi informasi yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, penyakit juga demikian. Dulu dunia digegerkan oleh kehadiran virus HIV AIDS yang telah menimbulkan banyak korban jiwa, lalu ada SARS, lalu flu burung, kini telah muncul lagi wabah baru yang sedang trend yakni Flu babi (Swine Influenza).

Penyakit flu babi yang disebabkan oleh virus H1N1 ini bahkan lebih ganas daripada flu burung. Hanya dalam tempo dua minggu, virus ini telah menimbulkan korban 150 orang di Meksiko. Hingga kini telah ditemukan sekitar 2.500 kasus dengan korban tewas 159 orang. Kecepatan penyebarannya juga luar biasa, dalam satu hari saja, virus ini telah merambah ke dua negara. Amerika Serikat, salah satu negara tetangga terdekat Meksiko merupakan negara kedua dengan korban terbesar hingga saat ini. Virus ini diduga juga telah menyebar ke negara-negara Eropa dan Asia.

Berdasarkan riset Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, H1N1 tipe Meksiko diduga kuat gabungan flu unggas, flu babi, dan flu manusia. Virus kemungkinan berubah di tubuh babi.

Gejala klinis yang dialami oleh penderita, umumnya sama dengan gejala flu pada umumnya, demam, batuk pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, sesak napas, hingga akhirnya mual, muntah, dan diare.

Hingga saat ini, selain Meksiko dan Amerika Serikat, virus flu babi ini telah merambah ke Kanada, Spanyol, dan Selandia Baru. Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan antisipasi dalam mencegah masuknya virus flu babi ini, seperti pelarangan impor babi untuk sementara, pemasangan thermoscanner atau alat pemindai panas di sepuluh bandara internasional, travel warning ke Meksiko, dan pengawasan peternakan babi yang tersebar di seluruh Indonesia. WHO juga menekankan bahwa yang harus diwaspadai justru penularan virus ini antar manusia. Sebagian pengidap di Amerika, Spanyol, dan Selandia Baru, terbukti tak bersentuhan dengan babi.

Adapun antisipasi yang bisa kita lakukan secara pribadi agar diri kita dan keluarga tidak terkena virus mematikan ini antara lain adalah menghindari kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi virus flu babi ini, menghindari kontak dengan penderitanya, minum tamiflu yang direkomendasikan oleh WHO, dan yang tidak kalah pentingnya tentunya dengan menerapkan pola hidup sehat, dengan kondisi tubuh yang sehat, sistem kekebalan tubuh manusia akan mampu menangkal virus apapun, sebaliknya kondisi tubuh yang lemah akan rentan akan virus apapun. Antisipasi lain tentunya adalah jangan bergaul dengan babi.

(dari berbagai sumber)