Rabu, 08 Juli 2009

Ironi King of Pop

Kemarin, tepatnya Hari Selasa, tanggal 7 Juli 2009, The King of Pop, Michael Joseph Jackson atau yang akrab dipanggil Jacko, akhirnya dimakamkan di Forest Lawn tanpa disertai otaknya yang masih dalam penyelidikan petugas forensik. Sebelumnya, keluarga dan penggemarnya memberikan penghormatan terakhir padanya di Staples Center, Los Angeles, Amerika Serikat (AS). Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, seremoni penghormatan terakhir untuk Sang Superstar itu berlangsung penuh khidmat namun meriah. Selain dihadiri oleh semua anggota keluarga besarnya, para sahabatnya juga hadir untuk memberikan sambutan dan menyanyikan lagu-lagu The King of Pop itu. Acara dimulai dengan penyambutan kedatangan peti jenazah yang diiringi oleh himne We are Going to See the King yang dibawakan oleh Andrea Crouch Choir. Usai prosesi tersebut, Pastor Lucius Smith menyampaikan kata-kata perpisahan dan doa. Mariah Carey dan Trey Lorenz lalu menyanyikan lagu I’ll be there, lalu Lionel Richie, Stevie Wonder, John Mayer, hingga Usher. Sang kakak, Jermaine Friday Jackson juga tampil menyanyikan lagu Smile untuknya. Brooke Shield, Queen Latifah, pebasket NBA Kobe Bryant dan Magic Johnson juga menceritakan pengalaman mereka bersama Jacko semasa hidupnya. Upacara penghormatan bagi Jackson ditutup dengan Keluarga Jackson yang menyampaikan terima kasih kepada publik dan selamat jalan bagi Jacko, namun dari semua itu, yang paling memilukan tentu adalah ucapan tulus dari putri Jacko, Paris Katherine yang berusaha tetap tegar ketika mengatakan, "saya hanya ingin mengatakan, sejak saya lahir, Daddy adalah ayah yang terbaik seperti yang bisa kalian bayangkan... Dan saya ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintainya..." anak gadis yang baru berusia 11 tahun itu akhirnya tidak dapat melanjutkan ucapannya karena tidak kuasa membendung air mata, dia lalu terisak dalam pelukan bibinya, Janet Jackson.

Begitulah Michael Jackson. Dia adalah fenomenon di abad ini, hingga kematiannya pun dirayakan secara meriah layaknya konser musik. Bayangkan, upacara penghormatan terakhir untuknya di Gedung Staples Center yang diperkirakan menelan biaya sekitar 40 miliar rupiah itu dipadati oleh sekitar 20 ribu orang, termasuk diantaranya sekitar 8.750 penggemarnya yang memperoleh tiket gratis untuk hadir di acara itu dari sekitar 1,6 juta orang yang mendaftar. Sementara itu, 6.500 orang lainnnya mendapat tempat di Nokia Center, dekat Staples Center. Itu belum termasuk sekitar 500 ribu orang penggemarnya yang berada di luar gedung. Upacara kematiannya yang dihadiri langsung oleh sekitar 500 ribu orang serta disiarkan dan disaksikan oleh lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia itu telah melampaui rekor upacara kematian Lady Diana, Elvis Presley, John Lennon, maupun John F. Kennedy sekalipun.

Pantaskah semua itu? Tentu tergantung dari perspektif mana kita menilainya. Apabila dari perspektif dunia musik dan hiburan, maka penghargaan itu jelas sangat pantas. Dia adalah superstar yang hingga saat, bahkan mungkin abad ini, belum ada tandingannya. Salah satu indikasinya adalah rekor penjualan albumnya Thriller yang mencapai 104 juta copy, hingga saat ini masih tercatat di Guiness Book World of Records sebagai album terlaris sepanjang masa. Dia juga telah memenangkan 13 Grammy Awards dan 13 single-nya pernah menjadi nomor satu di AS, bahkan sepanjang 45 tahun karirnya di dunia musik, dia telah menjual lebih dari 750 juta kopi album, serta sederet penghargaan lainnya di dunia musik dan entertainment. Satu hal lagi yang membuatnya pantas untuk mendapat penghargaan yang tinggi adalah lagu-lagu ciptaannya yang selalu menjadi fenomenal karena lirik lagunya yang tidak sekedar tentang cinta dan nafsu, tapi juga lirik-lirik lagu yang humanis dan peduli pada kelestarian alam, kesetaraan, dan perdamaian dunia, seperti misalnya lagu fenomenalnya, We are The World yang dia ciptakan bersama Lionel Richie dan kemudian dinyanyikan bersama dengan 45 orang penyanyi. Lagu tersebut didedikasikan untuk penggalangan dana bagi korban kelaparan di Afrika. Lalu lagu Black or White yang mengajak kepada persatuan umat manusia tanpa membeda-bedakan ras dan warna kulit, lalu juga tentunya adalah lagu Heal The World yang liriknya mengajak kepada perdamaian dunia, dan masih banyak lagi. Dia juga menciptakan tarian robot dan moonwalker yang menjadi ciri khasnya dan ditiru banyak orang.

Sebagai manusia biasa, Jacko tentu mempunyai kekurangan yang sering menuai kontroversi. Sikap keras ayahnya dalam mendidik dia ketika kecil, secara psikologis tentu berpengaruh pada dirinya hingga dewasa. Meski mempunyai banyak teman dekat, Jacko sesungguhnya adalah pribadi yang rapuh, sensitif, introvert, kurang percaya diri, dan mudah mengalami depresi. Dengan karakter yang seperti itu, sepanjang hidupnya dia tidak pernah lepas dari berbagai masalah, mulai dari kebiasaannya melakukan operasi plastik di wajah, hidupnya yang sangat tertutup dari publik, proteksi berlebihan terhadap anak-anaknya, perceraiannya dengan Liza Marie Presley dan Debbie Rowe, hingga kasus tuduhan pelecehan seksual kepada anak-anak.

Namun yang pasti, Jacko telah meninggal dalam usia 50 tahun menjelang konser comeback-nya. Sang Superstar pergi meninggalkan nama besarnya, popularitasnya, meninggalkan tiga orang anak, Prince Michael I, Paris Katherine, dan Prince Michael II atau Blanket. Dia juga meninggalkan utang sebesar 5 triliun rupiah, kekayaan sekitar 10 triliun rupiah, dan tentunya royalti atas lagu-lagunya serta asesoris peninggalannya yang nilainya akan terus meningkat seiring dengan sosoknya yang melegenda. Kontroversi tentang dirinya pun ternyata tidak berakhir seiring dengan kematiannya. Dia masih meninggalkan banyak kontroversi, seperti penyebab kematiannya yang mendadak dan belum terungkap dengan jelas, prosesi dan tempat pemakamannya yang masih dirahasiakan oleh keluarganya, lalu hak pengasuhan atas ketiga anaknya yang dalam surat wasiatnya dia berikan kepada ibunya, Katherina Jackson, dan penyanyi idolanya, Diana Ross sebagai cadangan apabila sang ibu tidak mampu, sementara mantan istri keduanya Debbie Rowe yang merupakan ibu kandung dari Prince Michael I dan Paris Katherine tidak memperoleh hak pengasuhan, lalu ibu kandung Prince Michael II atau Blanket yang tidak diketahui jati dirinya, hingga kejelasan mengenai agama yang dianutnya, setelah dia diberitakan masuk Islam tahun lalu, serta doa dari kakaknya yang muslim, Haji Jermaine Friday Jackson, yang dipanjatkan secara Islam ketika mengumumkan kematiannya sepekan lalu, serta tentunya adalah ungkapan sinis dari seorang politisi AS yang menyebutnya sebagai Pedofilia dan murtad.

Namun apapun kata mereka, Jacko tetaplah Superstar dan akan tetap dikenang oleh para penggemarnya, termasuk saya, sebagai Superstar. Goodbye, Jacko, rest in peace, see you in heaven.

1 komentar:

Gogo Caroselle mengatakan...

I bid thou adieu, Micky J... Thanks for the music, you've done your part to "heal the world" and show us that "man in the miror"..., rest in peace now.. you'll be missed...