“Pulang kampung nih!” kata Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Hussein Obama dengan Bahasa Indonesia yang fasih dalam kuliah umumnya yang memukau di hadapan 6.000 orang di Balairung Universitas Indonesia, Depok. Ucapannya tersebut disambut aplaus meriah dan gelak tawa. Dalam pidatonya selama 30 menit tersebut, Obama juga menyebut Indonesia adalah bagian dari dirinya.
Obama yang di masa kecilnya pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta ini bercerita bahwa dirinya dan keluarga sempat pindah ke Menteng Dalam. Di sanalah Obama belajar bermain layangan, menangkap capung, dan mengenal makanan khas Indonesia, seperti bakso dan sate. Obama bahkan masih ingat bagaimana penjual bakso dan sate menjajakan dagangannya dulu. Obama dengan fasih masih dapat meniru teriakan penjual bakso dan sate. “Bakso! Sate! Enak, ya?” Katanya disambut gelak tawa hadirin.
Hal yang juga diingat oleh Obama adalah keramahan orang Indonesia yang menyambut kedatangannya ketika itu dengan senyuman. Teman-teman masa kecilnya juga membuatnya seperti di negeri sendiri. Guru-gurunya ketika dia bersekolah di SD Asisi dan SD Negeri 1 Menteng juga membantunya belajar tentang dunia yang lebih luas. Masa kecilnya di Jakarta membentuknya menjadi orang menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Pada kesempatan itu Obama juga memuji Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya sebagai nilai-nilai dasar yang dipegang bangsa Indonesia untuk menyatukan keragaman budaya maupun agama dari Sabang sampai Merauke. Menurutnya, Bhinneka Tunggal Ika bisa menjadi contoh bagi dunia. Obama memuji nilai-nilai demokrasi dan semangat toleransi di Indonesia. Dia juga menunjuk masjid dan gereja yang berdampingan sebagai bukti bahwa berbagai agama di Indonesia bisa hidup berdampingan. Obama juga mengenang ayah tirinya Lolo Soetoro, seorang Indonesia dan muslim sebagai orang yang mengajarkan tentang kerukunan beragama kepadanya.
Obama di masa kecilnya memang hanya pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia sekitar empat tahun dan ketika dewasa beberapa kali mengunjungi Indonesia dengan waktu yang singkat, namun Obama banyak belajar dari Indonesia. Obama bukan hanya tahu tentang bermain layangan, menangkap capung, makan bakso dan sate, namun lebih dari itu, Obama juga tahu banyak tentang sejarah Indonesia, perkembangan politik, kebudayaan, terorisme, hingga korupsi. Semua itu bisa kita baca dalam buku yang ditulisnya ketika masih menjadi senator di Illinois, AS yang berjudul The Audacity of Hope. Dalam buku tersebut, kita bisa mengetahui bagaimana pandangan dan perhatiannya yang besar terhadap Indonesia.
Sedikit-banyak, pengalaman masa kecil dan pengetahuan Obama tentang Indonesia tentu berpengaruh dalam cara pandang dan tindakannya. Terlepas dari kekurangannya sebagai manusia biasa, Obama adalah pribadi yang bersahaja, jujur, ramah, dan sangat santun. Lihatlah bagaimana Obama yang saat ini adalah presiden negara adidaya, tanpa sungkan dan gengsi lebih dahulu menghampiri dan mengulurkan tangannya kepada Megawati Soekarnoputri dan tamu lainnya dalam jamuan makan malam di Istana Negara, suatu hal yang tidak pernah kita lihat sebelumnya dilakukan oleh para pemimpin Negara lainnya.
Obama juga sudah memberikan contoh bagaimana kita menjadi seorang pembicara yang menyenangkan, muatannya berat namun dikemas dengan simpatik. Obama juga telah mengajarkan kesantunan dalam berpolitik dengan tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang kasar dan kotor dan tetap tenang ketika dikritik oleh lawan politiknya. Meskipun dia adalah presiden sebuah negara yang menjunjung ekonomi liberal, Obama juga telah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat miskin. Hal tersebut bisa kita lihat dari usaha dan keberhasilannya menerbitkan Undang-undang tentang perawatan kesehatan dan menganggarkan 938 miliar dolar AS untuk memastikan 30 juta warga AS yang kurang mampu untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Obama juga melakukan tax cut, yaitu pemotongan pajak bagi masyarakat menengah ke bawah dan menaikkan pajak bagi orang kaya. Kebijakan ekonomi Obama ini merupakan refleksi keadilan sosial dalam perpajakan AS. Obama secara tidak langsung telah mengamalkan sila ke-5 dari Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Pujian-pujian Obama terhadap Indonesia dengan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, toleransi beragama, dan sebagainya tersebut tentu bukan sekedar pujian gombal untuk mencari simpati. Jika kita lebih cerdas menelaah semuanya, sesungguhnya Obama menyelipkan pesan atau mungkin lebih tepatnya sentilan kepada kita bangsa Indonesia. Obama tidak naïf, dia mengikuti dan tahu persis perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang terjadi belakangan ini di Indonesia. Semestinya sanjungan Obama tersebut menyadarkan bangsa ini untuk introspeksi diri. Obama telah mengingatkan kita semua bahwa sesungguhnya Indonesia memiliki landasan hidup yang sangat baik dalam agama, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika, yang semestinya menjadi pedoman dalam hidup agar bangsa ini bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang adil, makmur dan sejahtera. Jangan lupa, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, apabila bukan mereka sendiri yang berusaha untuk mengubahnya.