Minggu, 22 November 2009

2012

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk menyaksikan film 2012 di Cinema XXI, Botani Square, Bogor. Sama seperti di Jakarta, antusiasme penonton sangat luar biasa. Saya memilih untuk menyaksikannya di Bogor dengan harapan bisa lebih mudah untuk mendapatkan tiketnya, tanpa harus mengantri panjang sebagaimana di Jakarta. Namun dugaan saya meleset, untuk mendapatkan tiket pemutaran jam 9.45 malam, saya harus antri sejak sore hari. Sama seperti kebanyakan penonton, saya dihinggapi rasa penasaran, mengapa film ini sampai menjadi polemik. Film yang katanya bercerita tentang kiamat yang akan terjadi pada tahun 2012 sebagaimana telah diramalkan oleh suku Maya. Film ini kemudian diharamkan oleh MUI Malang dengan alasan menimbulkan keresahan di masyarakat, MUI Pusat pun belakangan ikut-ikutan menganjurkan untuk tidak menyaksikan film ini. Bahkan kabarnya ada organisasi massa yang sempat berniat melakukan razia ke bioskop-bioskop yang memutar film ini.

Sebegitu burukkah film ini? Setelah menyaksikannya langsung, ternyata film ini bukanlah film yang bercerita tentang kiamat atau hari akhir, dimana segala makhluk yang hidup akan musnah. Film ini bercerita tentang inti kulit bumi yang mengalami kenaikan suhu yang diakibatkan oleh ledakan di permukaan matahari. Keadaan ini mengakibatkan lempeng bumi bergerak dan patah yang menimbulkan gempa, letusan gunung berapi, dan tsunami. Sebelum terjadi bencana, para pemimpin dunia bekerja sama untuk menyelamatkan sebagian penduduk bumi, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan membuat beberapa kapal raksasa. Akhirnya bencana besar pun terjadi di seluruh penjuru dunia, dan hanya orang-orang yang ada di dalam kapal raksasa itu yang berhasil terselamatkan sebagaimana kisah bahteranya Nabi Nuh dan pengikutnya.

Pergeseran lempeng bumi yang menimbulkan gempa, letusan gunung berapi, dan tsunami merupakan fenomena alam yang sudah sering terjadi di dunia ini, termasuk Indonesia. Apalagi letak geografis Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng besar dunia yang terus bergerak. Pergerakan lempeng tersebut bisa diketahui dari laporan BMKG, di Indonesia hampir setiap hari terjadi paling tidak 10 kali gempa dengan kekuatan rata-rata 5 skala richter, sehingga apabila peristiwa yang digambarkan dalam film ini benar-benar terjadi, maka semestinya Indonesia akan mengalami kerusakan yang paling parah dibandingkan wilayah lain di dunia.

Sebenarnya di Indonesia pernah terjadi letusan gunung berapi yang lebih dahsyat dari apa yang digambarkan dalam film ini. Kalau kita membaca kembali sejarahnya, letusan gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat pada tahun 1815 menimbulkan kerusakan yang paling dahsyat dalam sejarah beradaban manusia. Letusan yang dentumannya terdengar sejauh 2.600 kilometer hingga Sumatera itu, memuntahkan 150 kilometer kubik material vulkanik hingga setinggi 43 kilometer dan mengeluarkan debu serta aliran lava yang menyebar sejauh 874 kilometer persegi dengan ketebalan 7 meter. Suhu awan panasnya ketika itu mencapai 800 derajat celcius, sehingga menghanguskan apapun yang ditemuinya. Diperkirakan sekitar 92 ribu penduduk bersama hewan dan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya musnah seketika. Itu belum termasuk jumlah korban jiwa yang diakibatkan oleh tsunami di daerah sekitarnya. Letusan yang mengakibatkan gempa vulkanik 7,5 skala richter dan gelombang tsunami itu, memuntahkan abu yang menutupi permukaan bumi dan menyebabkan langit gelap gulita selama tiga hari. Keadaan tersebut mengakibatkan wilayah di belahan utara bumi mengalami penurunan suhu hingga 0,4 derajat celcius. Langit di benua Eropa dan Amerika Utara ketika itu tertutup debu yang mengakibatkan matahari tidak dapat menyinarinya, sehingga di kedua wilayah itu tidak mengalami musim panas selama setahun. Keadaan itu juga menimbulkan hujan dan badai salju yang merusak ladang-ladang pertanian, dunia mengalami kekurangan pangan, sehingga bencana kelaparan terjadi dimana-mana. Sekitar 200.000 orang meninggal di Eropa dan Amerika Utara sebagai akibat tidak langsung dari letusan gunung tersebut. Dahsyatnya letusan gunung itu kini dapat dilihat dari luas kawahnya yang berdiameter hingga 7 kilometer dengan kedalaman 1,1 kilometer.

Saya pribadi justru menganggap film ini sangat patut dan disarankan untuk ditonton. Setidaknya dengan menyaksikan film ini, kita akan merenung kembali betapa kecil dan tidak berdayanya kita sebagai manusia, ketika Tuhan menunjukkan kekuasaanNya. Bagi kita yang berpikir positif, film ini mengingatkan kita kembali bahwa kiamat atau bencana alam yang dahsyat, apakah akan terjadi pada tahun 2012 atau tidak, sesungguhnya hanyalah soal waktu saja. Kehancuran alam ini pasti dan bisa terjadi kapan saja. Kita tidak harus menunggu hingga tahun 2012, esok pun apabila Tuhan menghendakinya, maka terjadilah. Oleh karenanya tidak ada yang dapat kita lakukan selain mempersiapkan diri setiap saat.

Tidak ada komentar: